Every instrument has its own story.
Terkadang alat musik lebih terkenal dari pemainnya sendiri.
Sejarah panjang musik adalah sesuatu yang tidak akan pernah habis
dibahas. Tidak lepas dari peran alat musik seperti gitar elektrik yang
ditemukan pada 1930, beberapa orang mencetak sejarah saat menggunakan
alat musik tersebut. Tidak hanya gitar, piano dan bass juga memiliki
cerita sendiri. Secara acak, Talkmen akan membahas delapan alat musik
yang membuat sejarah di berbagai era.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada satu bass Fender yang jadi true
legend. Pada Jumat, 21 September 1979, The Clash bermain di New York
Palladium. Pennie Smith, sang fotografer tahu betul apa yang terjadi:
"Saya mengambil banyak foto untuk The Clash saat itu. Pada 21 September, saya awalnya malas bekerja dan berniat untuk pergi bersama teman-teman, namun akhirnya saya tetap bekerja. Saya tidak mengambil begitu banyak gambar sampai akhirnya Paul (Simonon, bassist) terlihat marah, dan perhatianku tertuju penuh kepadanya. Aku tetap mengarahkan kameraku kepadanya kemudian Paul terlihat makin marah, makin marah, dan akhirnya dia meledak!" kenang Pennie.
Hasil foto Pennie tersebut akhirnya menjadi cover album The Clash tahun 1979, London Calling. Foto itu juga dinobatkan sebagai Rock n' Roll Icon oleh Rock n' Roll Hall of Fame.
"Ada banyak teori tentang apa yang terjadi malam itu. Yang paling konyol adalah seseorang mengatakan bahwa saya memiliki masalah dengan pacarku.Saya tidak pernah membawa sesuatu seperti itu ke panggung. Penonton di New York Palladium saat itu sangat kaku. Mereka tidak bergerak apapun yang kami lakukan. Kami biasa berinteraksi dengan penonton yang berdansa dan loncat kesana kemari. Aku seperti switch lampu, on dan off, dan hal itu bisa sedikit menakutkan bahkan untukku, karena semuanya terjadi mendadak. Aku frustasi dengan para penonton disana." ujar Paul Simonon mengomentari kejadian tersebut.
Instrumen yang dihancurkan Simonon adalah Fender Precision Bass, dengan fingerboard dan leher dari kayu maple. Walaupun body dan leher bass sudah hancur, Rock n' Roll Hall of Fame and Museum di Ohio merasa instrumen itu masih layak untuk dipajang. Saat ini bass tersebut sudah berada di tangan Paul Simonon lagi.
It’s a historical night in punk rock history. Las Vegas, 21 September 2012 di festival musik iHeart Radio. Green Day membuka penampilannya dengan lagu American Idiot, yang menjadi single
pada album berjudul serupa yang dirilis tahun 2004. Vokalis dan
gitaris Billie Joe Armstrong tampil hebat malam itu sebab disinyalir ia
berada di bawah pengaruh alkohol.
Armstrong bahkan sempat turun dari panggung dan mengajak dua orang Greendaze bernyanyi bersama dalam lagu Longview, kemudian menarik seorang wanita ke atas panggung pada lagu yang sama. Semuanya masih tampak menyenangkan karena Green Day sempat membawakan dua lagu baru berjudul Fuck Time dan Oh Love dari album trilogi teranyar mereka. Namun di penghujung penampilannya tetiba Billie Joe Armstrong mengamuk.
Saat itu Green Day bermain lagu dari album Dookie, Basket Case. iHeart Radio memotong waktu Green Day yang semula berdurasi 45 menit menjadi 25 menit. Kemudian sebuah display bertuliskan "1 minute" menarik mata Arsmtrong yang kemudian menghentikan permainannya seraya berkata:
"Look at that f**king sign right there, you gonna give me f**king one minute? Let me f**king tell you something. I’ve been around since f**king nineteen eighteen fucking eight. And you gonna give me one minute? You’ve gotta be f**king kidding me. It’s a f**king joke. I’M NOT A F**KING JUSTIN BIEBER YOU M****RF**K***S! Let me show you what one f**king minute f**king means."
Kemudian Armstrong mulai membanting Gibson Junior Signature miliknya. Ia membutuhkan waktu beberapa menit untuk dapat menghancurkan gitar tersebut karena kualitas gitar yang bagus. Bassist Green Day, Mike Dirnt juga ikut membanting Fendernya tetapi tidak sampai hancur. Setelah Gibson tersebut tidak berbentuk lagi, Amstrong keluar dari panggung dan berkata "God f**king love you all, we’ll be back".
Keesokan harinya, Armstrong mengakui dirinya berada dalam pengaruh alkohol dan drugs pada malam itu dan meminta maaf kepada pihak yang tersinggung atas tindakannya. Akibat dari kejadian tersebut, Armstrong dimasukkan ke rehabilitasi dan harus membatalkan banyak konser.
Actually, you don’t have to apologize, Billie Joe!
Saat itu Hendrix bermain dengan menggunakan gitar legendaris 1965 Fender Stratocaster sebagai pembuka untuk The Walker Brothers yang sedang mengadakan tur. Mungkin karena boleh tampil di Inggris dengan visa sementara, Hendrix berniat untuk memberi pertunjukan tak terlupakan bagi semua yang hadir malam itu. Dia menyuruh press officer bernama Tony Garland untuk membeli korek api dari toko terdekat, dan di akhir pertunjukan dia benar-benar menggunakannya. Api membakar gitar Hendrix dan juga tangannya, namun saat itulah orang Inggis tahu bahwa orang Amerika yang satu ini bukan gitaris biasa.
1965 Fender Stratocaster dikabarkan hilang selama 40 tahun setelah itu. Ternyata yang menyimpannya adalah Tony Garland, press officer yang waktu itu membeli korek api untuk Hendrix. Gitar tersebut didiamkan begitu saja di garasi rumah orangtuanya di Hove, East Sussex, Inggris. Tahun 2010, keponakan Garland menemukannya dan langsung menghebohkan dunia. Gitar tersebut akhirnya dijual di pelelangan dengan nilai 575.000 poundsterling. Hingga akhir hayatnya di usia ke 27, nama Jimmy Hendrix tetap dikenang oleh banyak orang hingga saat ini
Slash baru menyadari setelah sekian lama bahwa gitar rock n' roll
terbaik miliknya adalah Gibson Goldtop. Goldtop adalah gitar yang
fleksibel dan solid. Slash menggunakan Goldtop pada banyak lagu rumit,
terutama yang memiliki melodi solo yang panjang seperti November Rain, Estanged, dan Sweet Child O' Mine. Goldtop memiliki suara khas yang tidak dimiliki gitar lain, setidaknya begitu menurut Slash.
Sayangnya, pada tahun 1991 seseorang menerobos masuk ke rumahnya dan mengambil seluruh gitarnya yang terletak di studio. Slash berhasil menemukan seluruh gitarnya beberapa lama kemudian, kecuali Goldtop kesayangannya. Akhirnya Slash meminta gitar baru kepada Gibson dengan suara yang sama seperti Goldtop. Gibson memenuhi permintaannya, dan gitar baru tersebut akhirnya dibuat dalam jumlah banyak dan dijual ke pasaran.
Gibson dapat membuat kualitas suara yang lebih baik dari Goldtop lama milik Slash, namun Slash tetap merasakan perbedaannya. Goldtop milik Slash tidak terkalahkan.
Eddie Van Halen adalah tipe orang yang tidak mau ambil pusing. Saat
para musisi di dunia masih berdebat tentang gitar yang terbaik antara
Gibson dan Fender, Eddie mengambil langkah praktis. Ia menggabungkan
kedua gitar tersebut menjadi gitar legendaris Frankenstrat miliknya.
Frankenstrat diambil dari nama karakter fiksi Dr. Frankenstein dan merupakan salah satu jenis gitar Fender, Stratocaster. Eddie membeli body Fender dari kayu ash seharga 50 dolar, leher gitar seharga 80 dolar, sehingga total harga gitar tersebut adalah 180 dolar. Kemudian Eddie menggunakan Gibson ES-335 sebagai sound-nya. Yang khas dari gitar ini adalah visualnya, yang dibentuk sedemikian rupa oleh Eddie dengan cat sepeda.
Frankenstrat digunakan pada tur Van Halen yang berjudul Diver Down Tour pada 1982. Gitar ini juga ikut masuk studio untuk pembuatan album 1984, yang memiliki lagu hits seperti Jump, Panama, I'll Wait, dan Hot For Teacher.
The Red Special lahir pada tahun 1963, ketika Brian May dan ayahnya,
Harold memutuskan untuk membuat gitar elektrik sendiri. Banyak faktor
kenapa mereka memutuskan untuk mebuat gitar sendiri diantaranya karena
saat itu mereka belum mampu membeli gitar dengan kualitas yang bagus,
dan mereka tipe orang yang memang menyukai tantangan. Brian May memiliki
ayah seorang ahli elektro yang jenius.
Body Red Special menggunakan kayu oak dan dipoles dengan kayu mahogany. Warna merah pada body-nya menginspirasi nama tersebut. Walupun begitu, Red Special tidak terlahir dengan satu nama. Red Special dikenal juga dengan Fireplace atau Old Lady. Nama Fireplace sendiri dipakai karena kau yang digunakan untuk bagian leher sebenarnya adalah kayu yang diambil dari perapian (fireplace).
Gitar yang dibuat dalam waktu 18 bulan ini memiliki suara khas. Siapa yang tidak mengenal lengkingan Red Special yang dipakai di video We Will Rock You dan Spread Your Wings. Hal ini dikarenakan modifikasi jenius dari Harold, ayah Brian May. Dengan bantuan ayahnya, Brian May yang tidak puas dengan suara awal gitar ini terus melakukan modifikasi. Perubahan terbesar dilakukan ketika Brian May memakai set pickups Burns Tri-Sonic. Hasilnya? Red Special benar-benar mengimbangi suara ala orkestra dari Freddie Mercury.
Old Lady atau Red Special adalah teman Brian may selama lebih dari 30 tahun di studio bersama Queen dan menjelajahi dunia dalam berbagai konser.
Hampir mustahil rasanya ketika melihat bass Hofner tanpa membayangkan
kembali ke era The Beatles. Instrumen yang satu ini terasa melekat pada
sosok Paul McCartney. Faktanya, banyak orang yang akhirnya menyebut bass
ini dengan panggilan "Beatle bass". Paul membeli Hofner pertamanya di Hamburg, Jerman pada 1961. Suara bass ini begitu khas, dan body-nya dengan bentuk sedemikian rupa begitu penuh sentuhan klasik. Paul tidak hanya melihat Hofner dari visual dan sound-nya saja, Paul juga merasa Hofner gampang dimainkan oleh dirinya yang kidal.
Jenis Hofner yang paling melekat dengan Paul adalah bass keduanya, model 1963, yang dimainkankannya hampir di seluruh karirnya di The Beatles. Penampilannya serupa dengan yang pertama, bedanya ada pada tulisan dan posisi pickups-nya. Paul pertama kali kali memainkan bass Hofner keduanya ini di hadapan publik pada September 1963 di rekaman acara TV Inggris "Ready Steady Go".
Hofner masih memproduksi model 1963 hingga sekarang. Tahun 2006, Hofner memproduksi versi anniversary 50 tahun dengan hanya membuat 150 model dan model pertama dihadiahkan untuk Paul McCartney.
Banyak orang menganggap lagu Imagine milik John Lennon adalah
lagu perdamaian sepanjang masa. Saat dirilis, lagu ini menembus tangga
lagu di Inggris dan sampai sekarang masih menjadi 3 besar dalam daftar Greatest Songs of All Time. Kesuksesan lagu Imagine tidak lepas dari piano yang digunakan saat itu, Steinway Model Z.
Lennon membeli Steinway Model Z pada Desember 1970 dan diantar langsung ke rumahnya di Tittenhurst Park, Berkshire, Inggris. Lennon menulis dan merekam Imagine dengan menggunakan piano tersebut pada tahun 1971. Imagine menembus tangga lagu nomor satu di Inggris selama empat minggu ketika dirilis pada 1981, setelah kematian Lennon.
Pada 1992, kolektor asal Inggris sempat membeli Steinway Imagine dan memberikannya kepada The Beatles Story Museum di Liverpool. Tahun 2000, penyanyi George Michael memenangkan pelelangan Steinway Model Z dengan 1,45 juta poundsterling, mengalahkan teman-teman musisinya seperti Robbie Williams dan kakak-beradik Noel dan Liam Gallagher. Di pelelangan yang sama Hammond C3, organ yang pernah dipakai Lennon terjual dengan harga 40.000 poundsterling.
Pada 2007, Michael membawa Steinway Imagine ke beberapa tempat di Amerika Serikat dalam rangkaian tur Peace. Termasuk daerah Virginia Tech, tempat terjadinya penembakan 32 siswa sekolah dan ke Ford Theater di Washington DC, tempat dibunuhnya mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln.
Paul Simonon - The "London Calling" Fender Precision Bass
"Saya mengambil banyak foto untuk The Clash saat itu. Pada 21 September, saya awalnya malas bekerja dan berniat untuk pergi bersama teman-teman, namun akhirnya saya tetap bekerja. Saya tidak mengambil begitu banyak gambar sampai akhirnya Paul (Simonon, bassist) terlihat marah, dan perhatianku tertuju penuh kepadanya. Aku tetap mengarahkan kameraku kepadanya kemudian Paul terlihat makin marah, makin marah, dan akhirnya dia meledak!" kenang Pennie.
Hasil foto Pennie tersebut akhirnya menjadi cover album The Clash tahun 1979, London Calling. Foto itu juga dinobatkan sebagai Rock n' Roll Icon oleh Rock n' Roll Hall of Fame.
"Ada banyak teori tentang apa yang terjadi malam itu. Yang paling konyol adalah seseorang mengatakan bahwa saya memiliki masalah dengan pacarku.Saya tidak pernah membawa sesuatu seperti itu ke panggung. Penonton di New York Palladium saat itu sangat kaku. Mereka tidak bergerak apapun yang kami lakukan. Kami biasa berinteraksi dengan penonton yang berdansa dan loncat kesana kemari. Aku seperti switch lampu, on dan off, dan hal itu bisa sedikit menakutkan bahkan untukku, karena semuanya terjadi mendadak. Aku frustasi dengan para penonton disana." ujar Paul Simonon mengomentari kejadian tersebut.
Instrumen yang dihancurkan Simonon adalah Fender Precision Bass, dengan fingerboard dan leher dari kayu maple. Walaupun body dan leher bass sudah hancur, Rock n' Roll Hall of Fame and Museum di Ohio merasa instrumen itu masih layak untuk dipajang. Saat ini bass tersebut sudah berada di tangan Paul Simonon lagi.
Billie Joe Armstrong - Gibson Signature Les Paul Junior
Armstrong bahkan sempat turun dari panggung dan mengajak dua orang Greendaze bernyanyi bersama dalam lagu Longview, kemudian menarik seorang wanita ke atas panggung pada lagu yang sama. Semuanya masih tampak menyenangkan karena Green Day sempat membawakan dua lagu baru berjudul Fuck Time dan Oh Love dari album trilogi teranyar mereka. Namun di penghujung penampilannya tetiba Billie Joe Armstrong mengamuk.
Saat itu Green Day bermain lagu dari album Dookie, Basket Case. iHeart Radio memotong waktu Green Day yang semula berdurasi 45 menit menjadi 25 menit. Kemudian sebuah display bertuliskan "1 minute" menarik mata Arsmtrong yang kemudian menghentikan permainannya seraya berkata:
"Look at that f**king sign right there, you gonna give me f**king one minute? Let me f**king tell you something. I’ve been around since f**king nineteen eighteen fucking eight. And you gonna give me one minute? You’ve gotta be f**king kidding me. It’s a f**king joke. I’M NOT A F**KING JUSTIN BIEBER YOU M****RF**K***S! Let me show you what one f**king minute f**king means."
Kemudian Armstrong mulai membanting Gibson Junior Signature miliknya. Ia membutuhkan waktu beberapa menit untuk dapat menghancurkan gitar tersebut karena kualitas gitar yang bagus. Bassist Green Day, Mike Dirnt juga ikut membanting Fendernya tetapi tidak sampai hancur. Setelah Gibson tersebut tidak berbentuk lagi, Amstrong keluar dari panggung dan berkata "God f**king love you all, we’ll be back".
Keesokan harinya, Armstrong mengakui dirinya berada dalam pengaruh alkohol dan drugs pada malam itu dan meminta maaf kepada pihak yang tersinggung atas tindakannya. Akibat dari kejadian tersebut, Armstrong dimasukkan ke rehabilitasi dan harus membatalkan banyak konser.
Actually, you don’t have to apologize, Billie Joe!
Jimi Hendrix’s - 1965 Fender Stratocaster
"The time I burned my guitar it was like a sacrifice. You sacrifice the things you love. I love my guitar."
Pertama kali Jimi mencoba membakar gitarnya, dia membakar tangannya
sendiri dan dilarikan ke rumah sakit. Hal itu terjadi di Astoria, London
pada 31 Maret 1967.
-Jimi Hendrix-
Saat itu Hendrix bermain dengan menggunakan gitar legendaris 1965 Fender Stratocaster sebagai pembuka untuk The Walker Brothers yang sedang mengadakan tur. Mungkin karena boleh tampil di Inggris dengan visa sementara, Hendrix berniat untuk memberi pertunjukan tak terlupakan bagi semua yang hadir malam itu. Dia menyuruh press officer bernama Tony Garland untuk membeli korek api dari toko terdekat, dan di akhir pertunjukan dia benar-benar menggunakannya. Api membakar gitar Hendrix dan juga tangannya, namun saat itulah orang Inggis tahu bahwa orang Amerika yang satu ini bukan gitaris biasa.
1965 Fender Stratocaster dikabarkan hilang selama 40 tahun setelah itu. Ternyata yang menyimpannya adalah Tony Garland, press officer yang waktu itu membeli korek api untuk Hendrix. Gitar tersebut didiamkan begitu saja di garasi rumah orangtuanya di Hove, East Sussex, Inggris. Tahun 2010, keponakan Garland menemukannya dan langsung menghebohkan dunia. Gitar tersebut akhirnya dijual di pelelangan dengan nilai 575.000 poundsterling. Hingga akhir hayatnya di usia ke 27, nama Jimmy Hendrix tetap dikenang oleh banyak orang hingga saat ini
Slash - Gibson Goldtop
Sayangnya, pada tahun 1991 seseorang menerobos masuk ke rumahnya dan mengambil seluruh gitarnya yang terletak di studio. Slash berhasil menemukan seluruh gitarnya beberapa lama kemudian, kecuali Goldtop kesayangannya. Akhirnya Slash meminta gitar baru kepada Gibson dengan suara yang sama seperti Goldtop. Gibson memenuhi permintaannya, dan gitar baru tersebut akhirnya dibuat dalam jumlah banyak dan dijual ke pasaran.
Gibson dapat membuat kualitas suara yang lebih baik dari Goldtop lama milik Slash, namun Slash tetap merasakan perbedaannya. Goldtop milik Slash tidak terkalahkan.
Ketika alat musik menyatu dengan pemainnya, terciptalah sejarah.
Eddie Van Halen dan Brian May adalah dua contoh musisi berbakat yang tidak bergantung pada pabrik gitar.
Eddie Van Halen - Frankenstrat
Frankenstrat diambil dari nama karakter fiksi Dr. Frankenstein dan merupakan salah satu jenis gitar Fender, Stratocaster. Eddie membeli body Fender dari kayu ash seharga 50 dolar, leher gitar seharga 80 dolar, sehingga total harga gitar tersebut adalah 180 dolar. Kemudian Eddie menggunakan Gibson ES-335 sebagai sound-nya. Yang khas dari gitar ini adalah visualnya, yang dibentuk sedemikian rupa oleh Eddie dengan cat sepeda.
Frankenstrat digunakan pada tur Van Halen yang berjudul Diver Down Tour pada 1982. Gitar ini juga ikut masuk studio untuk pembuatan album 1984, yang memiliki lagu hits seperti Jump, Panama, I'll Wait, dan Hot For Teacher.
Brian May - Red Special
Body Red Special menggunakan kayu oak dan dipoles dengan kayu mahogany. Warna merah pada body-nya menginspirasi nama tersebut. Walupun begitu, Red Special tidak terlahir dengan satu nama. Red Special dikenal juga dengan Fireplace atau Old Lady. Nama Fireplace sendiri dipakai karena kau yang digunakan untuk bagian leher sebenarnya adalah kayu yang diambil dari perapian (fireplace).
Gitar yang dibuat dalam waktu 18 bulan ini memiliki suara khas. Siapa yang tidak mengenal lengkingan Red Special yang dipakai di video We Will Rock You dan Spread Your Wings. Hal ini dikarenakan modifikasi jenius dari Harold, ayah Brian May. Dengan bantuan ayahnya, Brian May yang tidak puas dengan suara awal gitar ini terus melakukan modifikasi. Perubahan terbesar dilakukan ketika Brian May memakai set pickups Burns Tri-Sonic. Hasilnya? Red Special benar-benar mengimbangi suara ala orkestra dari Freddie Mercury.
Old Lady atau Red Special adalah teman Brian may selama lebih dari 30 tahun di studio bersama Queen dan menjelajahi dunia dalam berbagai konser.
Paul McCartney - Hofner
Jenis Hofner yang paling melekat dengan Paul adalah bass keduanya, model 1963, yang dimainkankannya hampir di seluruh karirnya di The Beatles. Penampilannya serupa dengan yang pertama, bedanya ada pada tulisan dan posisi pickups-nya. Paul pertama kali kali memainkan bass Hofner keduanya ini di hadapan publik pada September 1963 di rekaman acara TV Inggris "Ready Steady Go".
Hofner masih memproduksi model 1963 hingga sekarang. Tahun 2006, Hofner memproduksi versi anniversary 50 tahun dengan hanya membuat 150 model dan model pertama dihadiahkan untuk Paul McCartney.
John Lennon - Steinway Piano
Lennon membeli Steinway Model Z pada Desember 1970 dan diantar langsung ke rumahnya di Tittenhurst Park, Berkshire, Inggris. Lennon menulis dan merekam Imagine dengan menggunakan piano tersebut pada tahun 1971. Imagine menembus tangga lagu nomor satu di Inggris selama empat minggu ketika dirilis pada 1981, setelah kematian Lennon.
Pada 1992, kolektor asal Inggris sempat membeli Steinway Imagine dan memberikannya kepada The Beatles Story Museum di Liverpool. Tahun 2000, penyanyi George Michael memenangkan pelelangan Steinway Model Z dengan 1,45 juta poundsterling, mengalahkan teman-teman musisinya seperti Robbie Williams dan kakak-beradik Noel dan Liam Gallagher. Di pelelangan yang sama Hammond C3, organ yang pernah dipakai Lennon terjual dengan harga 40.000 poundsterling.
Pada 2007, Michael membawa Steinway Imagine ke beberapa tempat di Amerika Serikat dalam rangkaian tur Peace. Termasuk daerah Virginia Tech, tempat terjadinya penembakan 32 siswa sekolah dan ke Ford Theater di Washington DC, tempat dibunuhnya mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln.
Comments