Skip to main content

Pria yang Meninggalkan Internet Selama Setahun


Paul Miller
Technology writer yang melakukan eksperimen pencarian jati diri Paul Miller berhasil menemukan banyak hal positif yang telah lama hilang dari dirinya. After all, it's not even internet's fault. Bayangkan posisi seorang Paul Miller; ia merupakan seorang penulis untuk salah satu website teknologi terbesar di dunia bernama The Verge. Di antara rutinitas dan kesehariannya berkutat dengan komputer, internet, atau gadget dan konsol canggih, Miller memutuskan untuk menantang dirinya sendiri. Sederhana, ia hanya akan 'hidup normal' dan meninggalkan internet selama setahun penuh. Tepat pukul 23:59 pada 30 April 2012, Miller memutus koneksi kabel Ethernet-nya, mematikan Wi-Fi dan menukar smartphone miliknya dengan handphone biasa.



Miller adalah satu dari jutaan orang dengan kasus yang sama, ia menjadi pengguna internet sejak usia belasan tahun. Since twelve, to be exact. Miller mampu menemukan beberapa profesi lewat internet, mulai dari sebagai seorang web designer hingga technology writer untuk The Verge. Ia telah terbiasa berada dalam lingkaran kehidupan modern; mengecek email setiap pagi, mencari informasi-informasi penting tanpa harus repot membaca lembaran kertas koran dan hal-hal seperti itu.

Setelah belasan tahun, ia terbayang tentang rencana aneh yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Ia ingin melarikan diri dari rutinitas kehidupan manusia modern. Ia ingin hidup normal, hidup dalam kehidupan nyata, mengingat seperti apa rasanya menunjukkan rasa suka yang bukan diungkapkan lewat jempol virtual. Ia ingin mengetahui, apa yang telah diperbuat internet pada dirinya selama belasan tahun. Ia ingin mengenal kembali sosok Paul Miller yang sesungguhnya.

Pada awalnya, Miller sempat pesimis dengan eksperimen ini. Ia berpikir ia akan ketinggalan segala informasi dan berita. Miller juga memiliki rencana yang lebih gila sebelumnya dengan meninggalkan pekerjaannya di The Verge, pindah untuk tinggal bersama orang tuanya, membaca dan menulis buku dan berinteraksi dengan banyak orang. Namun The Verge memutuskan untuk membayar Miller dan eksperimennya, sehingga Miller akhirnya memutuskan untuk berdiam diri di New York.
Living the real life

"Menggunakan buku peta bagai seorang traveller ternyata cukup unik!", "Dimana aku bisa menemukan copy dari Wikipedia untuk dijadikan acuan?". Itu adalah beberapa potongan khayalan Miller tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan dilemparkannya ke dunia nyata sebelum ia memutuskan untuk bereksperimen. Well, pertanyaan-pertanyaan tersebut pada akhirnya tidak pernah diungkapkan sedikitpun.



Miller tidak mau repot lagi membanding-bandingkan harga tiket pesawat untuk pergi ke suatu tempat. Ia langsung menuju ke sebuah travel agent dan mengambil apa yang mereka tawarkan. Buku peta juga ternyata tidak terasa seburuk itu, bahkan sensasi petualangannya lebih terasa alih-alih mengandalkan satelit canggih yang digunakan Google Maps. Miller juga menerapkan cara komunikasi klasik dengan menggunakan surat. Ia merasakan sebuah dejavu menyenangkan, teringat bahwa sensasi bertukar surat adalah hal yang hebat.

Miller memang merasa sedikit bosan ketika ia tidak bisa mencari tahu tentang sesuatu lewat Google Search, namun ia berada dalam sebuah fase perubahan yang luar biasa. Tanpa usaha diet, ia berhasil kehilangan hampir 10 kg dari berat badannya, ia berjalan di taman dan menghirup aroma segar dari bunga mawar, ia akhirnya bisa bermain frisbee-nya yang telah lama berdebu di gudang dan mengendarai sepedanya.

Tidak hanya itu, respon kebanyakan orang ternyata tidak terduga. Salah satu dari beberapa kendala yang ditemui Miller saat ini adalah, ia harus berusaha keras jika ia ingin melakukan percakapan dengan seseorang, karena saat ini ia tidak dibantu oleh Twitter. Namun Miller merasa mendapat hal positif; ia merasa lebih peka dengan kehadiran orang lain di sekitarnya, kakak perempuannya merasa lebih dihargai dan menyukai cara Miller berkomunikasi saat ini. Dulu Miller memiliki kebiasaan yang sama dengan banyak orang saat ini, setengah mendengar dan setengah menunduk menatap layar komputer atau smartphone yang ada di hadapannya. Ia merasa sedikit berdosa ketika mengingat hal itu.

Terbukti bahwa hipotesisnya cukup akurat setelah melihat selama beberapa bulan. Internet telah menahan dirinya untuk menjadi seorang Paul Miller yang lebih baik.
It's not exactly internet's fault. Maybe not at all.

Internet telah mengubah banyak hal dari cara dan pilihan dalam kehidupan modern. Hal-hal non-virtual seperti buku peta dan pergi ke sebuah toko buku alih-alih mengunjungi Amazon adalah hal yang mudah dilakukan. Masih banyak orang yang bersedia menunjukkan arah jika Anda tersesat. Namun sebaliknya, Anda akan susah menemukan seorang individu yang sebenarnya di dalam dunia internet. Kebanyakan orang akan memilih email daripada telfon. Lebih mudah menggunakan Line atau Skype daripada mengunjungi seorang teman langsung ke rumahnya.

Miller telah membaca banyak artikel tentang bagaimana internet membuat seseorang merasa sendiri, bodoh atau keduanya. Ia awalnya percaya dengan teori-teori tersebut, sehingga akhirnya muncul ide untuk melakukan eksperimen ini. Namun akhirnya ia menemukan fakta bahwa internet bukanlah sebuah objek individual, internet adalah sesuatu yang dilakukan seorang manusia dengan yang lainnya. Internet adalah dimana orang-orang berada.



Ia menyadari bahwa ia tidak bisa menyalahkan internet atas situasinya saat ini, atas masalah-masalah yang dihadapinya. Miller memiliki prioritas yang sama ketika ia belum mengenal internet; ia memiliki keluarga, teman, pekerjaan dan hasrat untuk mempelajari sesuatu. Namun walaupun Miller akhirnya sadar, ia tidak menjamin jika dirinya akan memberi perhatian yang sama pada prioritas tersebut jika ia telah kembali ke internet. Tapi paling tidak ia tahu bahwa internet bukanlah yang bersalah dalam hal ini, dirinya sendirilah yang harus bertanggung jawab.

1 Mei 2013 pukul 24:00, Paul Miller kembali ke internet dan segala tekanan di dalamnya. But he knew the internet was where he belonged.

Comments

Alan said…
Informasi yang sangat bagus... ternyata ada orang yang melakukan eksperimen meninggalkan internet selama setahun

Popular posts from this blog

Cara Buat jadi hacker bagi pemula

Banyak cara menjadi seorang hacker, dari cara yang paling mudah hingga cara yang paling sulit. Beberapa orang memakai software untuk melakukan hack.Harus ada kemauan dari diri sendiri tidak hanya kemauan utk sementara saja utk menjadi Hacking yang Hebat !!! Cara yang dipakai hacker untuk melakukan hack diantaranya pirates facebook, keylogger, mail passview, messenpass, social engineering, web spoofing, menghadang email,password cracking, session hijacking, menjadi proxy server, memanfaatkan kelalaian user dalam menggunakan fitur browser, dan googling. Pirates facebook Merupakan software yang bekerja dengan menggunakan nomor id facebook serta IP address facebook. Cara ini memang langsung menemukan kita pada email dan password korban namun yang mempersulit kita dalam pemakaian software ini adalah mengetikan IP Address. IP Address selalu berubah dalam waktu yang sangat singkat,dalam hitungan detik. Untuk menggunakan software ini diperlukan kerja keras,semangat dan

Tipe-tipe Pengguna Social Media

Tipe pengguna sosmed Sosial media belakangan ini memang menjadi deretan nomor wahid dalam dunia maya. Hampir semua orang sekarang akti f dalam menggunakan social media, baik untuk kepentingan pribadi, komunitas, maupun brand. Fenomena yang terjadi di masyarakat dunia termasuk Indonesia ini sudah mulai terjadi sejak tahun 2000 awal. Sedikit menilik kebelakang, pada tahun 2002, dunia maya heboh dengan munculnya sebuah sosial media generasi awal bernama Friendster. Anda ingat dengan nama tersebut? Ya, pastinya Anda ingat karena menurut saya, Friendster adalah cikal bakal dari berbagai sosial media yang ada sekarang. Kehadiran Friendster mendapat jegalan yang cukup berat dari MySpace, sebuah situs yang banyak dihuni oleh para pecinta musik dimana disana mereka bisa berinteraksi dengan para musisi idolanya, bahkan dulu terdapat fasilitas unduh lagu secara gratis yang diunggah langsung oleh musisinya. Setelah itu muncul Facebook yang masih menjadi sosial media terbesar di du

Asal Mula Sejarah Topeng Anonymous

Pada kali ini saya membagikan Asal Mula Sejarah Topeng Anonymous. Artikel ini saya dapatkan dari teman blogger kita, yaitu http://fhirman-ilham.blogspot.com/. Jadi, saya ucapkan terima kasih atas artikelnya. Mohon maaf saya tidak ijin dulu. Semoga agan membaca ini. Baik, untuk anda yang belum mengetahui kenapa kelompok Hacktvisme "Anonymous" mengenakan topeng "Guy Fawkes"?. Sebenarnya tidak ada kaitan sama sekali antara Guys Fawkes dan Anonymous. Sebelumnya kita membahas lebih jauh latar belakang Anonymous, kita akan membahas terlebih dahulu latar belakang Guys Fawkes.  Guy Fawkes Adalah karakter yang facenya dijadikan topeng identik kelompok hacker cyber cream terbesar di dunia "Anonymous". Guy Fawkes adalah pelaku peledakan bom di Gedung Parlemen Inggris. Dia bersama anggotanya melakukan aksi tersebut karena ingin membunuh Raja James 1. Namun aksi Guy Fawkes dan teman-temannya berhasil di gagalkan oleh pihak keamanan kerajaan. Peristiwa pe