Kaset + Pensil |
Ada yang tahu hubungan antara kaset tape dengan pensil? Hubungan yang unik, brilian sekaligus konyol. Hahaha... Untuk generasi
era millennium sih kemungkinan besar sama sekali tidak tahu, atau malah
belum pernah melihat kaset tape. Padahal kegiatan memutar-mutar pita
kaset dengan pensil itu menyenangkan loh! (justru di situ letak seninya
me-rewind lagu. Hahahaha…)
Saat ini kaset atau cassette --berasal dari Bahasa Perancis yang
artinya "kota kecil"semakin langka. Eksistensinya tergilas oleh
kehadiran alat putar musik berteknologi digital. Bahkan alat putar
lainnya, yaitu CD (Compact Disk) pun kini mulai bernasib serupa.
Kaset sempat mengalami masa kejayaan di tahun 1970-an hingga pertengahan 1990an, Sedangkan CD menyusul setelah pertama kali di perkenalkan pada November 1984. Keduanya lalu menjadi tren luar biasa yang mempengaruhi banyak orang, sebelum akhirnya sekarat di era 2000an.
Teknologi pemutar lagu berupa fisik saat ini mengalami penurunan
penjualan yang signifikan. Selain karena pembajakan gila-gilaan yang
berdampak pada royalti musisi dan perusahaan rekaman, juga karena memang
bentuk dan kapasitasnya yang tidak efisien untuk ukuran zaman sekarang.
Akibatnya, saat ini kaset lebih banyak menjadi koleksi benda antik.
Di era digital informasi, perubahan sangat dirasakan oleh industri
musik. Dilihat dari aspek bisnis, musik masih menjadi lahan bisnis yang
sangat menggiurkan. Penjualannya pun secara teori bisa dilakukan dengan
lebih mudah melalui internet. Seperti statement dari chairman IFPI
“Terimakasih atas kehebatan teknologi internet. Distribusi musik yang
tadinya sulit, dengan adanya internet dapat lebih mudah menjangkau fans
yang lebih luas,” ujarnya.
Dibandingkan dengan masa awal perkembangan musik Indonesia, perbedaannya
sangatlah jauh. Bagi industri musik, internet bisa membawa peluang baru
yang bisa membawa keuntungan lebih besar atau ‘bencana’ yang akan
menggerogoti asetnya.
Era media dikelompokkan menjadi lima periode, yaitu oral age, scribal age, print age, electric age, dan digital age.
Di era digital, industri musik bisa lebih mudah menjual produknya ke
konsumen. Saat periode electric age, distributor masih menggunakan
kaset, CD, atau DVD. Sedangkan saat ini mereka hanya menjual musik dalam
format digital.
Untuk mendapatkan musik terbaru, Anda bisa mengaksesnya melalui iTunes
(yang saat ini melayani 119 negara). Dilansir DailySocial blog, pengguna
iTunes di Indonesia bisa membeli lagu dan film favorit dengan harga
berkisar Rp. 5000 – 7000 untuk 1 lagu, dan Rp 45.000 – 65.000 untuk
konten album.
7Digital - provides a catalogue of over 22 million high-quality music tracks and a wealth of uniquely curated recommendations. |
Selain iTunes, layanan musik 7Digital juga berekspansi untuk melayani 37 negara di seluruh dunia. Spotify, WiMP, dan Deezer
juga cukup aktif mempromosikan layanan sejenis. Sistem transaksi yang
populer saat ini adalah dengan full download ala iTunes. Alternatifnya
yaitu skema streaming dengan biaya bulanan ala Spotify dan Deezer.
Di Indonesia, layanan Deezer dapat dinikmati dengan biaya langganan
$5.99 per bulan untuk bisa menikmati seluruh lagu. Layanan ini juga
memungkinkan pengguna untuk men-download. Sehingga dapat dinikmati
secara offline. Deezer mulai populer di Indonesia sejak Oktober 2012
lalu.
Meskipun maju secara teknologi distribusi dan media penyimpanan, namun
banyak pengamat menilai kehadiran teknologi musik digital justru
berdampak negatif dari sisi industri dan kualitas, khususnya bagi
rilisan album. Kecenderungan membeli konten musik secara eceran atau
single, membuat musisi enggan untuk merilis full album.
SoundCloud - Explore the largest community of artists, bands, podcasters and creators of music & audio. |
Ditambah lagi dengan kehadiran Exfm, SoundCloud dan Youtube
yang saat ini sangat umum digunakan oleh penikmat musik untuk menemukan
lagu-lagu dengan genre terbaru. Tidak perlu bersusah payah dan
mengeluarkan uang untuk mencari lagu terbaru dari belahan dunia lain
dengan adanya discovery platform seperti YouTube.
Perubahan apapun pasti membawa konsekuensi tersendiri baik dampak
negatif atau positif. Internet adalah penemuan yang sangat revolusioner
dan mampu mengubah industri musik dengan cepat. Penjualan konten digital
melalui internet tentu jauh lebih murah dan cepat dibandingkan
penjualan konvensional.
Keuntungan bisa didapat dengan lebih cepat karena konten digital lebih
mudah diperbanyak. Namun, internet juga mengancam industri musik.
Internet menyediakan kebebasan bagi penggunanya untuk berbagi informasi
dan konten digital sekaligus. Hak cipta tentu saja semakin kehilangan kekuatannya.
Sebagai konsekuensinya, pembajakan konten di era digital malah meningkat
tajam. Jika Anda mencari judul lagu tertentu di Google, hanya dalam
hitungan detik Anda sudah bisa menemukan lagu tersebut. Setelah itu,
lagu bisa didownload dengan mudah. Meningkatnya jumlah download file
ilegal adalah kepastian yang harus dihadapi industri musik.
Di era internet ini, industri musik dituntut untuk lebih kreatif dalam
memproduksi konten digital. Penjualan konten tersebut biasanya menemui
banyak kendala karena pengguna internet lebih suka mendapatnya di tempat
download file gratis. Meskipun pembajakan meningkat, industri musik
masih terus berkembang pesat. Kreativitaslah yang menentukan
kesuksesannya.
Sumber : http://loovomusic.blogspot.com/2013/03/perkembangan-insdustri-musik-era-internet.html
Comments