Dream Theater |
“Epic!”, “Awesome!”, dan kata pujian lain keluar dari beberapa situs musik ternama di dunia. Masih nggak habis-habisnya mengupas progressive rock satu ini, Dream Theater. Setelah Mike Portnoy keluar dari band yang membesarkan namanya ini, kali ini di album yg dinamai dengan nama band-nya sendiri, Dream Theater, tampaknya mulai tancap gas untuk kembali menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Album ini sudah tersedia di Amazon.com bagi penggemar Dream Theater di Indonesia yang ngebet pengen punya albumnya, kira-kira US$ 10 untuk download lagu terbarunya.
Rilisnya album baru ini benar-benar membuktikan luar biasanya titik balik band yang sudah sejak 1985 berkiprah di dunia musik rock setelah hengkangnya Mike Portnoy, drummer yang juga berperan sebagai otaknya Dream Theater selama ini. Mike Mangini sebagai drummer baru Dream Theater mulai menampakkan karakternya, dengan sedikit perlahan-lahan mengikis bayang-bayang Mike Portnoy sebagai drummer lama. Hal ini terlihat dari sound snarre drum yang benar-benar mempunyai karakter berbeda dari Mike Portnoy. Kalau Anda perhatikan, Mike Portnoy ketika itu makin berjalan tahun, snarre drum makin terdengar nge-punk dengan masih mempertahankan sound cymbal yang beragam mulai dari cymbal Hi-Hat standard, hingga cymbal aneh-aneh berbentuk mangkok, dan tentu 2 set drum untuk lagu-lagu yang berbeda. Hal ini tak lain sebagai salah satu ciri Dream Theater di lini drum. Kini, Mike Mangini “mempertegas” kembali lini Dream Theater sebagai band rock yang nggak bisa dianggap enteng, dia mengganti snarre drum dengan sound yang lebih bertenaga. 2 set drum tetap digunakannya, namun Mike Mangini tak mau beranjak dari tempat duduknya, jadi pada akhirnya dia mengatur 2 set drum supaya tetap menggunakan 1 kursi. Jadilah monster drum set! Kalau kata salah satu media kita ketika mereka konser di Indonesia, mirip kayak kamar tidur, saking besarnya…
Namun dibalik penciptaan album ini, ada satu hal yang mengejutkan buat saya sebagai salah satu penikmat musik Dream Theater. Kalau Anda sering berkeliaran di Youtube dan sering menonton kontribusi warga Youtube untuk berlomba-lomba membuat cover lagu Dream Theater, maka Anda akan tertuju pada salah satu penggemarnya juga yang masih sangat muda, Eren BaÅŸbuÄŸ. Eren ini salah satu penggemarnya, yang juga masih berstatus kuliah di tempat dimana personel Dream Theater dulu kuliah, Berklee College of Music. Eren ini mengupas musik Dream Theater dari sisi orchestral composition. Artinya meskipun Dream Theater adalah group band progressive metal rock, namun di mata musisi / komposer seperti Eren, musik Dream Theater ini “orkestra” banget. Mau apapun model musiknya, tetap bisa dibikin versi orkestranya menurut dia, dan not musik di lagu-lagu Dream Theater itu sudah orkestra namun menjelma menjadi rock. Dan akhirnya dia membuat semacam proyek kecil-kecilan, meng-orkestra-kan musik-musik Dream Theater, “mengembalikan ke alam asalnya”. Dan hasilnya luar biasa, dapat Anda simak di halaman Youtubenya. Kejeniusan Eren mengorkestrasi musik Dream Theater akhirnya terbaca oleh Jordan Rudess, keyboardist Dream Theater yang menonton video cover Dream Theater dengan orkestra di halaman profil Youtubenya. Jordan Rudess ingin menjajal kemampuan Eren dengan mengajaknya di solo projectnya. Hingga akhirnya lama tak terdengar, ternyata anak muda penggemar Dream Theater ini sekarang duduk di kursi “orchestra composer”nya Dream Theater untuk album ini. Mungkin inilah cara Dream Theater benar-benar menghargai penggemarnya. Dia berujar, “it’s like a dream come true!”.
Karya Eren di album ini juga tak bisa dipandang sebelah mata. Kolaborasinya bersama Jordan Rudess dalam mengkomposisi sentuhan orkestra di album ini juga membuat saya tak mampu menolak untuk mendengarkannya. Sangat hangat dan damai ketika mendengarkan komposisi orkestrasinya Eren Basbug! Anak muda ini sudah mampu disejajarkan dengan komposer macam Addie MS!
Jordan Rudess dan Eren Basbug (dok: bilnews.bilkent.edu.tr)
Lagu di urutan pertama, “False Awakening Suite” ini benar-benar menegaskan Dream Theater ini adalah band yang akan membawakan suasana teater kepada Anda! Alunan musiknya hasil peleburan progressive rock dan orkestra, sangat membawa Anda pada suasana musik-musik gothic. Satu hal yang luar biasa adalah meskipun diluar sana banyak band beraliran progressive rock dengan gocekan gitar yang tak kalah keren, gebukan drum yang super cepat, namun tak ada yang mengalahkan komposisi musik Dream Theater di “False Awakening Suite” ini, apalagi dengan durasi yang cukup pendek (2:42 menit)!. Citarasa musiknya yang membuat berbeda inilah yang membuat saya kepincut.
“The Enemy Inside”, “The Enigma Machine”, dan “Surrender to Reason” adalah sebagian musiknya yang masih mempertahankan citarasa Dream Theater, yaitu musik dengan ketukan aneh / ganjil, repetitif (salah satu bagian kecil / riff musik dari lagu lain diulang lagi di lagu baru dengan nada / komposisi musik yang berbeda), ketukan drum yang renyah dan kaya sound, dan berbagai ciri lain yang hampir tidak ada band yang sama. Ciri lainnya pun juga mudah ditemui, dimana banyak band rock progressive terkadang “lupa taruh es”, Dream Theater tak pernah lupa. Di balik beberapa lagu-lagu yang membuat mesin panas karena gocekan distorsinya kencang, namun selalu ada pendingin-nya. Ibarat masakan khas Indonesia, pedas asin manis gurih mantap, harus ditemani oleh kerupuk dan es teh.
Dan musik-musik “berat” tersebut ditutup dengan manisnya oleh satu lagu cukup panjang (22:17 menit), merupakan aransemen dan orkestrasi dari Dream Theater, yaitu “Illumination Theory”. Di lagu ini melibatkan Eren sebagai komposer dan konduktor untuk salah satu “sub-lagu” di dalam lagu ini, “The Embracing Circle”. Memang, begitulah ciri Dream Theater, lagu di dalam lagu. Seindah dan sehangat lagu pembukanya, dan juga ditutup manis dengan lagu penutupnya yang sangat menghangatkan, damai dan penuh harapan. Semakin menegaskan bahwa Dream Theater tak akan habis terhapus waktu.
Dan berikut ini adalah rating dari beberapa situs musik professional ternama mengenai album ini, dikutip dari Wikipedia.
Album “Dream Theater”: Mike Mangini (drum dan perkusi), James Labrie (vokal), John Petrucci (gitar), Jordan Rudess (keyboard, GeoSynth App, Seaboard), John Myung (bass), Eren Basbug (aransemen orkestra, konduktor), Richard Chycki (engineering dan mixing).
Comments